Penduduk dunia akan menutup tahun 2013 di hari Selasa, 31 Desember.
Namun, apakah tahun 2013 ini jauh lebih baik dibandingkan tahun
sebelumnya?
Lembaga survei kredibel, WIN/Gallup Internasional,
telah menanyakan kepada 67.806 orang di 65 negara mengenai hal itu.
Responden menjawab secara langsung pertanyaan WIN/Gallup dengan bertatap
muka atau melalui telepon. Tingkat
error dari survei ini mencapai +/- 3,5 persen.
Hasilnya dipampang oleh kantor berita
BBC, Senin 30 Desember 2013.
Ketika
Gallup menanyakan apakah dunia akan lebih baik di tahun 2014, hampir 50
persen responden mengatakan tahun 2014 akan lebih baik dibandingkan
tahun sebelumnya.
Anda harus kembali ke tahun 1990, untuk kali
terakhir di mana publik memprediksi tahun 1991 akan jauh lebih buruk
ketimbang tahun sebelumnya.
Menurut Wakil Presiden Win/Gallup Internasional, penurunan peran negara, secara perlahan membuat warga biasa diberdayakan.
Namun,
merasakan optimisme di tahun 2014 tidak sama dengan pemikiran hal itu,
bahwa akan membawa kesejahteraan ekonomi bagi penduduk dunia. Hal itu
tercermin dari 30 persen responden yang memiliki pola pikir demikian.
Meski
begitu, masih lebih banyak yang optimistis perbaikan di tahun 2014 akan
membawa perubahan pula dalam hal kesejahteraan. Hal itu tercermin dari
32 persen responden.
Ketika Gallup menanyakan apabila di dunia
ini tidak ada hambatan, negara mana yang ingin dituju sebagai tempat
tinggal. Jawabannya cukup mengejutkan. Sebanyak 38 persen dari responden
menjawab, mereka sudah bahagia dengan negara tempat mereka tinggali
saat ini.
Setidaknya itu tercermin dari penduduk di Benua
Australia. Sebanyak 66 persen warga Australia mengatakan mereka bahagia
tinggal di sana.
Sementara Amerika Serikat, negara yang
menjanjikan berjuta peluang hanya dilirik oleh sembilan persen
responden. Stigma itu kini menjadi milik Australia dan Kanada.
Fakta
unik terungkap dari penduduk di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.
Kendati di kawasan itu terjadi ketegangan paska Arab Spring, namun
penduduknya tidak ingin pindah dari sana.
Pertanyaan menarik
lainnya yang ditanyakan Gallup soal negara yang dianggap responden
menjadi ancaman terbesar dunia. Hasilnya, sebanyak 24 persen menyebut
Amerika Serikat merupakan negara yang paling mengancam.
Tentu
hal ini bukan berita baru bagi AS. Hal ini lantaran selama
berpuluh-puluh tahun, Amerika seperti mendapat warisan aneh, yaitu
selalu ikut campur dalam urusan negara lain. Sebanyak 13 persen dari
warga Amerika sendiri menganggap negaranya berbahaya.
Di
beberapa area seperti Eropa Timur, dianggap ancaman karena dipengaruhi
Rusia dan Ukraina. Sebanyak 32 persen responden mengatakan demikian.
Dalam
pertanyaan terakhir, Gallup menanyakan apakah dengan memiliki pemimpin
perempuan maka akan membuat perubahan. Jawabannya, sebanyak 50 persen
responden menjawab tidak akan membawa perubahan apa pun atau memilih
tidak menjawab. Sementara yang benar-benar yakin akan membawa perubahan
berjumlah 34 persen.
Jenis pertanyaan ini merupakan pertanyaan
yang enggan dijawab responden. Di negara, di mana penduduknya mayoritas
Muslim, maka rasa skeptis bahwa perempuan mampu melakukan pekerjaan
lebih baik, akan tinggi.
Hal itu tercermin dari hasil survei
untuk responden yang bermukim di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.
Sebanyak 34 persen responden menjawab pemimpin perempuan akan membuat
sesuatu menjadi lebih buruk.
Di beberapa negara yang memiliki
pemimpin perempuan seperti Thailand, ternyata keraguan dapat membawa
perubahan masih ada. Namun, negara yang didominasi kaum pria seperti
China, menginginkan suatu perubahan, yakni negaranya kelak dapat
dipimpin seorang perempuan.
Sudah siapkah anda menyongsong tahun 2014 ?
(Sumber : Viva News)